Header Ads

test

Total Taqwa Buah Romadhon

Total Taqwa Khutbah IPPM Baiturrohim
Sobat Muda Rahimahumulloh tidak terasa sebentar lagi kita akan bertemu dengan bulan Romadhon. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Romadhon lagi. Aamiin. Sobat Muda kali ini saya akan berbagi Khutbah Jumat yang berkaitan dengan Ramadhan. Semoga bermanfaat.

Kaum Muslimin Rakhimahumulloh
Alkhamdulillahirobbil’alamin puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas segala nikmatnya kepada kita khususnya nikmat sehat, iman dan kesempatan. Nikmat yang banyak dilupakan orang. Nikmat bisa bertemu dengan Sayyidul Ayyam yaitu hari Jum’at. Hari yang diberkahi hari yang diistimewakan hari dimana ada satu waktu yang tidak ada doa melainkan dikabulkan. Semoga kita termasuk golongan yang bisa mendapatkan keistimewaan ini. Aamiin.

Shalawat dan salam marilah tidak lupa kita sanjungkan kepada Uswatun Khasanah kita yaitu Nabi Muhammad Solallohualaihi wasalam, kepada para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan yang baik ini khotib mengigatkan kepada diri sendiri dan jama’ah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas taqwa kita dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-laranganNya. Karena Taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menggapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Perkenankan di saat yang baik ini khotib akan membawakan tema berjudul “Total Taqwa Buah Romadhon”

Kaum Muslimin Rakhimahumulloh
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepatnya, hari berganti hari hampir satu minggu lebih Romadhon meninggalkan kita. Seharusnya muncul pertanyaan yang besar dalam diri kita, adakah Ramadhan membekas dalam diri kita, menghiasi kebiasaan kebiasaan kita, adakah Ramadhan sukses membentuk pribadi-pribadi kita pribadi Mutaqqin sebagaimana tujuan puasa. Inilah yang perlu kita renungkan Jamaah sekalian. Jangan-jangan kita termasuk kedalam hamba-hamba yang disebutkan Nabi Solallohualaihi wasalam.

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR At-Thabrani).

Iya kenapa? mungkin karena ketika Ramadhan kita hanya menahan lapar dan dahaga saja tetapi tidak menahan nafsu kita akibatnya Ramadhan berlalu berlalu pula Ibadah kita berlalu Shalat Jamaah kita, berlalu tadarus kita, berlalu qiyamullail kita serta berlalu ibadah ibadah yang lainya. Padahal Indikator kesuksesan, keberhasilan Puasa adalah ketika di bulan-bulan selanjutnya. Bagaimana Ramadhan dikatakan berhasil mentarbiyah kita manakala di Bulan Syawal saja amalan kita sudah hilang entah kemana. Benar Sabda Nabi ketika ditanya salah seorang sahabat “ Wahai Rosululloh katakan kepadaku tentang Islam, yang tidak mungkin aku tanyakan kepada siapapun selain kepadamu. Kemudian Rosululloh bersabda

“Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian Istiqomah” (HR Muslim). Iya Istiqomah istiqomah memang mahal harganya, istiqomah yang diharapkan dari tarbiyah Ramadhan. Yaitu amalan yang rutin dan berkesinambungan meskipun sedikit.

Hadirin Rahimakhumulloh
Hasil Tarbiyah apa yang seharusnya ada setelah Ramadhan. Selama berpuasa bukankah kita takut makan, minum atau melakukan sesuatu yang bisa membatalkan puasa, meskipun tidak ada yang melihatnya. Mengapa? Karena Ia yakin Alloh melihat sehingga apabila ia lakukan maka amalanya akan sia-sia tidak mendapatkan pahala.

Dari sini seharusnya setelah Ramadhan kita akan terbiasa mempersembahkan amalan terbaik amalan yang dilakukan semata-mata mengharap Ridho Allah sehingga denganya kita dibentuk menjadi hamba yang taqwa. Seperti dijelaskan oleh Abdullah bin Mas’ud ketika mendefiisikan Taqwa “ Hendakya engkau mentaati Allah sesuai petunjuk Allah dan mengharap pahala dari Allah. Dan hendaknya engkau meninggalkan maksiat, sesuai petunjuk Allah, karena engkau takut adzab Allah.”
Shaum yang telah kita laksanakan seharusnya juga akan berefek pada amalan lain. Sebagaimana seseorang ingin shaumnya bernilai, ia juga ingin shalatnya bernilai, sedekahnya bernilai, hajinya bernilai dan seluruh amalanya bernilai. Sehingga ia istiqomah dalam beribadah yang akan menghindarkan diri dari sifat riya, ujub dan sum’ah.
Maka cukuplah balasan dari Allah QS Yunus :26

* tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZ|¡ômr& 4Óo_ó¡çtø:$# ×oyŠ$tƒÎur ( Ÿwur ß,ydötƒ öNßgydqã_ãr ׎tIs% Ÿwur î'©!ÏŒ 4 y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Ïp¨Ypgø:$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇËÏÈ  

26. bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya[686]. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan[687]. mereka Itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya.

 Taqwa secara menyeluruh seperti inilah yang mestinya menjadi buah dari Ramadhan yang telah berlalu.

Jamaah Jumat Rakhimahumulloh
Sedikit uraian diatas menunjukkan bahwa seyogyanya Ramadhan mengantarkan kita menjadi manusia-manusia yang totalitas dalam bertaqwa. Tapi apakah sudah sejauh itu puasa metarbiyah kita? Kita bisa bertanya kepada diri kita setelah Ramadhan apakah kita malas bahkan enggan dalam beribadah? Dan apakah setelah Ramadhan kita menghentikan segala bentuk kemaksiatan atau setidaknya menguranginya? Maka marilah kita sedikit berinstropeksi apakah tujuan puasa Ramadhan kemarin kita capai sebagaimana Firmanya

$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Kiranya ayat diatas tidak hanya sekedar hafalan saja tetapi juga perlu kita tadaburi bersama sejauh mana puasa Ramadhan yang telah kita jalani membentuk kita menjadi pribadi taqwa yaitu pribadi yang tunduk atas segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Jamaah Rakhimahumulloh
Mari sejenak kita berkaca pada generasi terbaik umat ini yaitu generasi para sahabat dan salafus saleh tentang hasil tarbiyah Ramadhan berupa taqwa. Ketika datang perintah, mereka segera melakukannya, tanpa bertanya status hukumnya wajib atau sunnah. Karena apapun hukumnya mereka tetap melakukanya. Lihat Shahabiyah Nabi Salallahualaihi wasalam mereka menyambut perintah mengenakan kerudung dengan segera, sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah Rodiallohuanha beliau berkata, “ Diantara Wanita-wanita Quraisy, banyak yang memiliki keutamaan, dan demi Allah, aku tidak pernah melihat wanita Anshar dalam hal membenarkan kitabullah dan mengimaninya ketika turun Surat An-Nur : 31
( tûøóÎŽôØuø9ur £`Ïd̍ßJ胿2 4n?tã £`ÍkÍ5qãŠã_ ( šÇÌÊÈ  

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya...”

 Suami mereka membacakan untuk isteri, putri, saudarinya maupun kerabat wanitanya. Diantara mereka ada yang langsung menyambar kainya, lalu dia pergunakan untuk menutup kepalanya sebagai bentuk pembenaran dan bukti keimanan terhadap yang diturunkan oleh Allah”
 Begitulah cara mereka menyambut perintah Allah. Adapun ketika menjauhi larangan Allah tidak kalah menabjubkan. Dahulu orang-orang arab biasa meminum khamr, dan belum ada larangan yang tegas hingga turun ayat QS Al Maidah : 90-91
“90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”

Setelah turun ayat itu Nabi Salallahualaihi wasalam bertemu dengan seseorang penjual khamr lalu Beliau bertanya “ Wahai fulan tidakah engkau tahu bahwa khamr itu haram?” orang itu segera memerintahkan pelayannya untuk menjualnya. Lalu Nabi Salallahualaihi wasalam bertanya lagiwahai fulan apa yang engkau perintahkan kepadanya?” orang itu menjawab “ aku perintahkan ia untuk menjual khamr itu” Nabi Salallahualaihi wasalam bersabda “Sesungguhnya sesuatu yang haram diminum, haram pula menjualnya”HR Ahmad. Lalu orang itupun membuangnya.
Dilain peristiwa seperti yang diceritakan Anas bin Malik, bahwa para sahabat sedang menuangkan khamr ke dalam gelas mereka. Tiba-tiba saja terdengar seruan “Sesungguhnya khamr telah diharamkan” maka serta merta mereka menumpahkan khamrnya, memecah wadahnya, dan sebagian lain berwudhu. Ketika Anas bin Malik menuju masjid, terdengar dari Nabi Salallahualaihi wasalam membacakan ayat tersebut dimana ada perintah dari Allah “dan apakah kalian tidak mau berhenti?” dengan serentak mereka menjawab “Intahaina ya Rabbi” kami berhenti wahai Rabbi. Subhanalloh.
Buah Ramadhan seperti itukah yang kita rasakan setelah Ramadhan berlalu? Atau puasa yang kita lakukan selama Ramadhan kemarin hanya sebagai ceremonial tahunan belaka Naudzubillahi mindzalik.

Sungguh belum terlambat dan tidak ada kata terlambat selama nyawa masih dikandung badan selama nyawa belum dikerongkongan. Itu tandanya masih ada kesempatan berbenah, kesempatan memperbaiki diri. Maka marilah saya mengajak kepada diri sendiri dan Jamaah sekalian untuk kembali bersemangat dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan sebagaimana yang kita lakukan di bulan Ramadhan kemarin. Karena sesungguhnya inilah buah Ramadhan yaitu pribadi memiliki totalitas taqwa. Semoga kita termasuk golonganya. Aamiin.


No comments

Trimakasih Sudah Berkenan Berkomentar