Kisah Teladan "Itsar" Puncak Ukhuwah
IPPM Baiturrohim~Rasulullah Solallohu Alaihi Wasalam Bersabda “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam
hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah
tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang
lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (Shahih Muslim No.4685)
Dalam hadist yang lain riwayat Abu
Musa ra. dia berkata:
Rasulullah Rasulullah Solallohu Alaihi Wasalam bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang
lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian
yang lain. (Shahih Muslim No.4684)
Sobat muda mungkin kita sering mendengar hadist ini akan tetapi sesering itu
pula kita melupakannya. Perumpamaan satu badan yang saling merasakan sakit dan
satu bangunan yang saling menguatkan sudah mulai langka. Kita bisa menyaksikan
kaum Muslim benar-benar terkotak-kotak dalam fanatisme golongan. Sampai-sampai
fanatisme itu megindahkan ukhuwah yang seharusnya ada. Egois, merasa
kelompoknya paling benar, sampai terkadang Sikap terhadap saudara Muslim malah
meyakiti, keras melebihi terhadap kaum kafir.
Sobat Muda kali ini saya mengangkat tema akhlak terhadap
Saudara Muslim yaitu Itsar. Apa itu Itsar? Mengutamakan orang lain atau
bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri. Merupakan akhlak mulia
yang merupakan puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan akhlak yang sangat
dicintai oleh Allah Ta’ala dan juga dicintai oleh setiap makhluk.
Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wasalam dan para sahabat,
serta ulama terdahulu memberikan contoh akhlak ini. Banyak sekali kisah dari
manusia-manusia terbaik tentang itsar ini, dimana mereka mendahulukan kepentingan
saudaranya atas kepentingan dirinya sendiri padahal saat itu dirinya juga
membutuhkannya. Masyallah.
Berikut ini beberapa kisah dari generasi terbaik ummat
manusia tentang akhlak Itsar :
Kisah tiga orang sahabat nabi yang terluka ketika Perang
Yarmuk
Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi menceritakan, “Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya, maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun berkata, “Berikan air itu kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun). (HR Ibnu Sa’ad dalam ath Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid, namun Ibnu Sa’ad menyebutkan Iyas bin Abi Rabi’ah sebagai ganti Suhail bin Amr)
Kisah sahabat Nabi yang kedatangan tamu
Ada salah seorang sahabat yang kedatangan seorang tamu, kemudian sahabat tersebut bertanya kepada istrinya, “Apakah kamu memiliki sesuatu untuk menjamu tamu. Istrinya pun menjawab, “Tidak ada, hanya makanan yang cukup untuk anak-anak kita”. Lalu sahabat tersebut berkata, “Sibukkanlah anak-anak kita dengan sesuatu (ajak main), kalau mereka ingin makan malam, ajak mereka tidur. Dan apabila tamu kita masuk (ke ruang makan), maka padamkanlah lampu. Dan tunjukkan kepadanya bahwa kita sedang makan bersamanya. Mereka duduk bersama, tamu tersebut makan, sedangkan mereka tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua (sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memberitakan (pujian Allah Ta’ala terhadap mereka berdua), “Sungguh Allah merasa heran/kagum dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian). maka Allah menurunkan ayat (QS. Al Hasyr ayat 9)” (HR Bukhari dan Muslim)
Kisah sahabat Nabi yang diberi hadiah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/259)
Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi menceritakan, “Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya, maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun berkata, “Berikan air itu kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun). (HR Ibnu Sa’ad dalam ath Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid, namun Ibnu Sa’ad menyebutkan Iyas bin Abi Rabi’ah sebagai ganti Suhail bin Amr)
Kisah sahabat Nabi yang kedatangan tamu
Ada salah seorang sahabat yang kedatangan seorang tamu, kemudian sahabat tersebut bertanya kepada istrinya, “Apakah kamu memiliki sesuatu untuk menjamu tamu. Istrinya pun menjawab, “Tidak ada, hanya makanan yang cukup untuk anak-anak kita”. Lalu sahabat tersebut berkata, “Sibukkanlah anak-anak kita dengan sesuatu (ajak main), kalau mereka ingin makan malam, ajak mereka tidur. Dan apabila tamu kita masuk (ke ruang makan), maka padamkanlah lampu. Dan tunjukkan kepadanya bahwa kita sedang makan bersamanya. Mereka duduk bersama, tamu tersebut makan, sedangkan mereka tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua (sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memberitakan (pujian Allah Ta’ala terhadap mereka berdua), “Sungguh Allah merasa heran/kagum dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian). maka Allah menurunkan ayat (QS. Al Hasyr ayat 9)” (HR Bukhari dan Muslim)
Kisah sahabat Nabi yang diberi hadiah
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/259)
Kisah Sa’ad bin ar-Rabi’ dengan Abdur Rahman bin Auf
Abdur Rahman bin Auf mengisahkan, “Ketika kami sampai di Madinah, Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam mempersaudarakan aku dengan Sa’ad bin ar Rabi’, maka
Sa’ad bin ar Rabi’ mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah orang Anshar yang
paling kaya, maka aku akan bagikan untukmu separuh hartaku, dan silakan kau
pilih mana di antara dua istriku yang kau inginkan, maka akan aku lepaskan dia
untuk engkau nikahi. Perawi mengatakan, “Abdur Rahman berkata, “Tidak usah, aku
tidak membutuhkan yang demikian itu.”
(HR al Bukhari dan Muslim, lafal hadits milik al Bukhari)
Umar Ibnul Khaththab dengan saudaranya Zaid Ibnul Khaththab
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umarzdia berkata, “Umar bin Khaththab
berkata kepada saudaranya Zaid Ibnul Khaththab pada waktu perang Uhud,” Aku
bersumpah agar kamu mau memakai baju besiku ini, maka Zaid pun memakai baju besi
itu namun ia melepaskannya lagi. Maka Umar berkata kepadanya, “Ada apa denganmu
(mengapa kau lepas)?“ Maka zaid menjawab, “Aku menghendaki terhadap diriku
sebagaimana yang engkau kehendaki terhadap dirimu.”
(HR Ibnu Sa’d dan ath Thabrani dalam al Ausath)
Ibnu Umar dan
Pengemis
Nafi’
maula
(klien) Ibnu Umar meriwayatkan, “Ibnu Umar suatu ketika sakit, dia
sangat
menginginkan anggur pada awal musimnya. Maka dia mengutus Shafiyah
(istrinya)
dengan membawa satu dirham untuk membeli anggur segar. Ketika pelayan
(utusan)
mengantarkan anggur, dia diikuti oleh seorang pengemis. Setelah sampai
di pintu
rumah, maka utusan masuk. Dari luar berkata pengemis, “Ada pengemis.”
Maka Ibnu
Umar berkata, “Berikan anggur itu kepadanya.” Maka utusan itu memberikan
anggur
tersebut kepada si pengemis.(HR al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/260). Dan
demikian itu terulang hingga dua kali, sehingga Shafiyah meminta agar
pengemis itu tidak kembali lagi untuk ketiga kalinya.
Ummul
Mukminin Aisyah Radhiallaahu anha dan Orang Miskin
Anas bin
Malik meriwayatkan dari Aisyah Radhiallaahu anha, bahwa ada seorang miskin
meminta-minta kepadanya padahal dia sedang berpuasa, sementara di rumahnya
tidak ada makanan selain sekerat roti kering, berkata Aisyah kepada
pembantunya, “Berikan roti itu kepadanya,” si pembantu menyahut, “Anda nanti
tidak memiliki apa-apa untuk berbuka puasa. Maka beliau berkata lagi, “Berikan
roti itu kepadanya.” Perawi mengatakan, “Maka pembantu itu melakukannya, dan
dia berkata, “Belum menjelang sore ada salah satu dari keluarga Nabi, atau
seseorang yang pernah memberi hadiah mengantarkan daging kambing (masak) yang
telah ia bungkus. Maka beliau memanggilku dan berkata, “Makanlah engkau, ini
lebih baik daripada rotimu tadi.”
(HR Malik dalam al Muwaththa’ 2/997)
(HR Malik dalam al Muwaththa’ 2/997)
Abu Thalhah dengan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Abu Thalhah pada perang Uhud menjadi pasukan panah dengan posisi di depan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, dia memang seorang yang ahli memanah. Apabila Abu Thalhah memanah maka Rasulullah memperhatikan kemana sasaran anak panahnya mengena. Maka Abu Thalhah mengangkat dadanya (untuk melindungi Nabi) seraya berkata, “Begini wahai Rasulullah, supaya engkau tidak terkena sasaraan panah musuh, biarlah yang terkena adalah leherku bukan lehermu.”
(HR Ahmad dan selainnya, sanadnya shahih)
Wallohu'alam bi Sowab.
Daftar Pustaka :
Post a Comment