Fenomena Iman
ippm-baiturrohim.blogspot.com~Sobat muda pada artikel kali ini saya akan berbagi materi Khutbah Jumat, mudah-mudahan bermanfaat. Bagi Sobat muda yang ingin memiliki materi Khutbah Jumat yang bagus silahkan download link berikut ini Kompilasi Khutbah Jumat Bagus.
Jamaah Jum’ah Rahimahumulloh,
Alhamdulillah Hari ini Allah masih mempertemukan kita di tempat dan waktu yang mulia ini, ini merupakan sebuah ikmat yang amat berharga yang tidak semua manusia mendapatkannya.Maka sudah sepatutnya bagi kita untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Nikmat yang kita perlu syukuri tentu tidak sebatas nikmat mendapatkan makanan, minuman atau pakaian saja . Sebagai mana perkataan Imam Hasan al- Basri “Barangsiapa yang tidak melihat nikmat dari Allah selain pada makan, minuman dan pakaian saja, maka sungguh pendek nalarnya dan paling banyak mengeluhnya”. Karena ada nikmat yang lebih Agung dari itu semua yaitu nikmat iman. Sungguh, tanpa hidayah dari Allah, kita tidak akan berada di jalan lurus ini, jalan keselamatan, jalan kebahagiaan, jalan kemenangan, Dienul Islam. Tanpa rahmat dan nikmat-Nya pula, kita tidak akan bisa beramal termasuk beramal dalam dua hari raya ini. Maka tidak lupa khatib mengingatkan kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan taqwa kita yaitu dengan senantiasa untuk metaati segala yang diperintahkan Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan berusaha menjauhi segala larangannya.
Jamaah Jum,ah yang dirahmati Allah,
Kita tentu sudah Ma’sur dengan kisah Khalilulloh Ibrahim Alaihiissalam dan Putranya Nabiyulloh Ismail Alaihissalam. Dimana ketika Allah memerintahkan Beliau untuk menyembelih Ismail, putra yang amat dinantikan selama 80 Tahun dan yang amat ia Cintai. Sebagai mana dikisahkan indah dalam Alquran surat Asshaffat :102
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Faktor apa yang menyebabkan Ayah dan Anak bisa berbuat demikian? tidak lain faktor itu adalah IMAN. Begitu dahsyatnya Iman, besarnya pengorbanan tak tanggung-tanggung untuk dikerahkan. Beratnya resiko dipikul dengan sepenuh kekuatan bahkan nyawapun dipertaruhkan.
Tapi iman tidaklah dalam keadaan Stagnan. Selalu fluktuatif bisa naik bisa turun. Iman bisa usang namun bisa juga tumbuh dan berkembang. Sebagaimana pohon jika dirawat dan disiram akan tumbuh subur tapi jika ditelantarkan akan layu, rapuh batangnya dan bahkan jika dibiarkan tidak mustahil akan mati.
Hanya saja proses lunturnya iman umumnya berbeda dari awalnya datang. Iman bisa datang meningkat secara tajam, tapi turun dan lapuk secara perlahan-lahan. Bahkan seringkali pemiliknya tidak merasa kehilangan.
Jamaah sekalian Rahimahumulloh,
Sebagai insan biasa, kadang seorang merasakan kegersangan hati. Imbasnya, restistensi terhadap maksiat ikut melemah, sehingga mudah terjatuh dalam maksiat. Ibadah yang biasa dijalankan dengan khusyuk mendadak hilang rasa nikmatnya. Shalat jamaah, shalat sunnah dan shaum menjadi beban. Sebagaimana orang munafik yang digambarkan Nabi Solallohu alihiwa salam.
“ Tidaklah shalat yang lebih berat bagi orang munafik melebihi beratnya mereka menjalankan shalat Fajar dan Isyak (dengan berjamaah), seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak” (HR Bukhori).
Sebagaimana dalam urusan Sholat, untuk amal ketaatan lain tidak jauh berbeda. Lemah iman menyebabkan bakhil untuk membelanjakan hartanya di Jalan Allah. Sebab dia ragu bahkan tidak yakin jika harta yang dikeluarkan itu benar-benar akan diganti dengan yang lebih baik, didunia maupun diakhirat. Padahal Allah berfirman dalam surat Al-An’am : 160
Manja’a bil hasanati falahu ‘asru amtsaliha
“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya”
Belum lagi untuk urusan ketaatan yang menghajatkan pengorbanan seperti berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah. Atau bahkan ketidakpedulian kita atau hilangnya rasa empati kita ketika Nabi Muhammad di hina atau saudara seiman kita dalam kesulitan sebagaimana Saudara kita di Rohingnya Myanmar, Palestin, Suriah serta dibelahan bumi lain dilecehkan, dibantai dan didzolimi jangankan bantuan harta mungkin sekedar lantunan Doa tidak pernah keluar dari mulut kita. Ini boleh juga menjadi Indikator lemahnya Iman kita sebagai mana dalam Mutafaqqun Alaih disebutkan Nabi Solallohualaihi wasalam bersabda :
“Tidak sempurna iman seseorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan manusia semuanya” serta dihadist yang lain disebutkan
لِنَفْسِهِ قَالَ لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ
“ Tidak sempurna iman seseorang dari kalian hingga mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk diri sendiri”.
Jika kita merasakan fenomena tersebut, kita harus segera sadar bahwa iman kita sedang melemah. Naudzubillah.
Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Adapun orang yang sehat Imannya, dia tak sekedar menjalankan ketaatan, ia merasa ringan bahkan ketagihan. Sebagaimana ucapan Usman bin Affan Rodiallohuanhu “Andai saja hati kita bersih tentu kita tak akan bosan membaca al-Quran”. Atau kisah Amru bin Jamuh ketika putra-putranya berusaha mencegah berjihad karena kaki beliau pincang dan kondisinya amat parah. Rosulullohpun sudah memberi keringanan. Tetapi beliau memaksa ikut, beliau berkata “Ya Rosululloh, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama anda. Demi Allah aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku akan dapat merebut syurga”. Serta masih banyak lagi suri tauladan dari para salafusholeh yang mendahului kita tentang kuatnya iman dan semangatnya dalam beramal. Iman kita memang tak sekuat Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang tahan terhadap gempuran eksternal maupun internal. Karena itu, iman kita perlu mendapatkan asupan nutrisi dan selalu dijaga stabilitasnya.
Jamaah yang Dimuliakan Allah
Iman memang perlu di-refresh atau disegarkan kembali secara berkala. Rasulullah SAW, bersabda
“Iman di hati kalian dapat lusuh seperti usangnya pakaian. Karena itu, mohonlah kepada Allah guna memperbarui iman di hati kalian.” (Hr, Hakim, Hasan menurut Nashiruddin Al Bani)
Figur ideal yang dicontoh kekuatan imannya tentu saja Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka sangat ketat menjaga ibadah, guna memelihara stabilitas imannya. Di antaranya”
Pertama, membaca dan tadabur Al-Quran. Sungguh manfaat taddabur Al-Quran hanya dapat dirasakan oleh orang yang hatinya hidup, bukan hati yang sakit atau mati. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, “Orang mukmin yang sehat hatinya siap menyimak seruan Al-Quran. Selalu berkonsentrasi mengikuti bacaannya dan tidak mau dialihkan dari memahami maknanya.” Ia diibaratkan seperti orang sehat yang pandangannya fokos melihat satu objek dengan jelas.
Ibnu Qayyim mengalogikan orang-orang kafir seperti orang buta, yang tak melihat objek dan mengenali gelap atau terang. Sedangkan, orang yang hatinya sakit adalah orang yang sehat penglihatannya tapi tidak sedang mengarahkan pandangannya kepada objek yang dimaksud. Keduanya pun tak dapat melihat dan menikmati pemandangan tersebut. Allah berfirman yang artinya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Kedua, munajat dengan Allah di waktu malam. Yaitu dengan meluangkan waktu khusus untuk shalat, berdoa dan memohon kepada Allah. Sangatlah mengherankan jika seorang muslim te rutama aktivitas tidak pernah melaksanakan shalat malam. Sebab, qiyamul lail mendidik orang untuk khusyu’, rendah diri dan taubat kepada Allah. Oleh karena itu, qiyamul lail menjadi unsur seluruh syareat. Sungguh beruntung orang yang dimudahkan oleh Allah mampu menunaikannya dengan rutin. Pada saat itu, shalat menjadi kenikmatan tiada tanding. Muhammad bin Munkadir mengatakan, “Kenikmatan dunia yang nyata hanya tiga, qiyamul lail, bertemu dengan sahabat dan shalat berjamaah.” Abu Sulaiman Ad-Darani juga mengatakan bahwa, perasaan senang orang shalih di waktu malamnya melebihi ahli maksiat yang menghabiskan malamnya untuk hura-hura.
Ketiga, Menambah ilmu dien dan menghadiri majelis dzikir. Jika seorang sering absen dari majelis-majelis penyubur iman? Jauh dari lingkungan atau teman-teman yang shalih, grafik iman dapat merosot. Karena itu, para sahabat nabi sangat berbahagia jika bertemu dengan sahabatnya dan bernostalgia mengenang perjuangannya bersama Nabi? Muad bin Jalal sering mengatakan kepada sahabatnya, “ Mari kita duduk-duduk meski hanya sebentar, mari kita tambah iman kita.”
Keempat, Menjaga rutinitas amal shalih. Karena amal adalah bahan bakar Iman. Peningkatan kualitas dan kuantitasnya berbanding lurus dengan peningkatan iman. Dalam beramal shalih prinsip yang diutamakan ialah, lakukan sekarang dan jangan menunda. Allah memuji keluarga Nabi Zakariya dengan,
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (QS, AL Anbiya : 90)
Dalam suatu majelis Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “Siapa yang hari ini shaum?” Abu bakar menjawab, “saya”. “Siapa yang hari ini melayat jenazah?” Abu Bakar kembali menjawab dengan tunjuk jari “saya”. “Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin, menjenguk orang yang sakit?” Abu Bakar kembali menjawab “saya” Rasulullah lalu bersabda, “Tidak ada orang yang melakukan semua kebaikan tersebut kecuali dia masuk jannah.”
Hamba yang dicintai Allah ialah hamba yang beribadah dengan konsisten dan kontinyu. Tidak seperti hamba yang beribadah kepada Allah di ”tepian” (‘ala harfin). Atau hamba yang ingat kepada-Nya saat susah namun susah mengingat-Nya saat senang.
Nabi Yunus mencontohkan pentingnya rutinitas beramal. Ketika berada dalam perut ikan, beliau tidak berhenti melantunkan doa. Para malaikat di bawah ‘arsy Allah mengatakan, “Ada suara yang sudah kami kenal, tapi dari tempat yang asing” Allah bertanya “ Tahukah kalian suara ini?” “Tidak, suara siapakah ini ya Rabbi.” “Suara hambaku, Yunus.” Para malaikat berujar, “Yunus yang amal shalih dan doanya selalu diangkat ke langit? Ya Rabbi, kasihanilah dia, selamatkan dia, selamatkan dari kesusahan atas apa yang dikerjakannya saat senang/lapang”
Semoga kita dapat mencontoh mereka.
Post a Comment