Air Mata Cinta
IPPM Baiturrohim~Peristiwa hijarahnya Nabi Muhammad
Solallohu Alaihi Wasalam dan para sahabat merupakan peristiwa besar dalam
Sejarah Islam. Peristiwa yang dipicu keadaan kritis karena saat itu kaum
Muslimin di Mekkah sedang terdesak dan terancam keberadaannya. Yang puncaknya
di tandai dengan disepakatinya konspirasi kaum Quraisy untuk membunuh NabiMuhammad Solallohu Alaihi Wassalam.
Konspirasi itu dimulai dengan pengintaian di rumah nabi yang
kemudian dikepung dari berbagai penjuru. Akan tetapi makar Allah lebih hebat
dari siapapun.
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy)
memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakan atau
membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Allah sebaik- baiknya pembalas tipu daya (makar).”(QS.
Al Anfaal: 30)
Dengan izin Allah Nabi Muhammad bisa keluar dari kepungan
musuh Kafir Quraisy dan posisi Beliau digantikan Sahabat Ali bin Abi Thalib.
Kemudian dengan ditemani Sahabat Abu Bakar, Nabi Solallohu Alaihi Wasalam melakukan
perjalanan ke Madinah sepanjang kurang lebih 490 Km. Perjalanan tidak langsung
ke arah Madinah tetapi malah berbalik arah ke arah selatan kisaran 3 km untuk menghindari kejaran Kaum Quraisy hingga
Beliau sampai di Gua Tsur. Gua ini menjadi saksi perjuangan Nabi dalam
menyelamatkan iman.
Peta Mekkah(Mecca) -Madinah (Medina)
Ketika di Gua Tsur wajah Abu Bakar pucat pasi. Langkah kaki
para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar samar. Tak terasa tubuhnya bergetar
hebat, betapa tidak, dari celah gua ia mampu melihat para pemburu itu berada di
atas kepalanya.
Setengah berbisik berkatalah Abu Bakar. "Wahai Rasul
Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti
melihat kita berdua". Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna.
Ditepuknya punggung sahabat dekatnya ini pelan sambil berujar "Janganlah
engkau kira, kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga
adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan maha, Allah".
Sejenak ketenangan menyapa Abu Bakar. Sama sekali ia tidak
mengkhawatirkan keselamatannya. Kematian baginya bukan apa-apa, ia hanya lelaki
biasa. Sedang, untuk lelaki mulia yang kini dekat di sampingnya, keselamatan di
atas mati dan hidupnya. Bagaimana Madinah jika harus kehilangan purnama.
Bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu. Sungguh, ia tak gentar dengan
tajam mata pedang para pemuda Quraisy, yang akan merobek lambung serta
menumpahkan darahnya. Sungguh, ia tidak khawatir runcing anak panah yang akan
menghunjam setiap jengkal tubuhnya. Ia hanya takut... mereka membunuh Muhammad.
Berdua mereka berhadapan, dan sepakat untuk bergantian
berjaga. Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap
guratan di wajah indah itu ia perhatikan seksama. Kelelahan yang mendera
setelah berperjalanan jauh, seketika seperti ditelan kegelapan gua. Hanya ada
satu nama yang berdebur dalam dadanya, cinta... Sejeda kemudian, Muhammad
tertidur di pangkuan Abu Bakar. Dalam senyapnya malam, wajah Abu Bakar muram.
Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Purnama Madinah seperti
memburu hewan buruan. Sebuah kuntum azzam memekar di kedalaman hatinya, begitu
semerbak. "Selama hayat berada dalam raga, aku Abu Bakar, akan selalu
berada di sampingmu, untuk membelamu dan tak akan membiarkan siapapun menganggumu".
Gua Tsur dengan Lubang yang Sempit
Gua itu begitu dingin dan remang-remang. Tiba-tiba
saja, seekor ular mendesis-desis perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang
terlentang. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya
untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari
benak, tak ingin ia mengganggu tidur nyaman Rasulullah. Bagaimana mungkin, ia
tega membangunkan kekasih yang sangat kelelahan itu. Abu Bakar meringis ketika
ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak
sedikitpun. Dan ular itu pergi setelah beberapa lama.
Dalam hening, sekujur
tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar cepat. Abu Bakar menangis
diam-diam. Rasa sakit itu tak dapat ditahan lagi. Tanpa sengaja, air matanya
menetes mengenai pipi Rasulullah yang tengah berbaring. Abu Bakar menghentikan
tangisannya, kekhawatirannya terbukti, Rasulullah terjaga dan menatapnya penuh
rasa ingin tahu.
"Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena
menyesal mengikuti perjalanan ini" suara Rasulullah memenuhi udara Gua.
"Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas
mengikutimu kemana pun" potong Abu Bakar masih dalam kesakitan.
"Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?"
"Seekor ular baru saja menggigit saya wahai putra
Abdullah, dan bisanya menjalar begitu cepat"
Rasulullah menatap Abu Bakar penuh keheranan, tak
seberapa lama bibirnya bergerak "Mengapa engkau tidak
menghindarinya?"
"Saya khawatir membangunkanmu dari lelap" jawab
Abu Bakar. Ia kini menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga
mengenai pipi Rasulullah.
Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja.
Selanjutnya mata Rasulullah berkabut dan bening air mata tergenang di
pelupuknya. Betapa indah sebuah ukhuwah.
"Sungguh bahagia, aku memiliki seorang seperti mu
wahai putra Abu Quhafah. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan".
Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Rasulullah meraih pergelangan
kaki yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah, Nabi mengusap bekas
gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah, seketika rasa sakit itu tak lagi
ada. Abu Bakar segera menarik kakinya karena malu.
"Bagaimana mungkin, mereka para kafir tega
menyakiti manusia seperti mu. Bagaimana mungkin?" nyaring hati Abu Bakar
kemudian.
Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu
Bakar yang beristirahat dan Rasulullah berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng
kuat-kuat ketika Rasulullah menawarkan pangkuannya. Tak akan rela, dirinya
membebani pangkuan penuh berkah itu.
Itu sepenggal kisah dibalik peristiwa hijrahnya Nabi,
hijrah menjadi bukti keyakinan kepada Allah, pengorbanan untuk Islam dan Cinta
kepada Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wasalam.
Wallohualam.
Daftar Pustaka :
https://www.facebook.com/notes/1001-kisah-teladan-ambil-hikmahnya/kisah-3-malam-di-dalam-gua-tsur/10150129403750337
allahumasholingalamuhammad...
ReplyDeleteAllohumma Soliala Muhammad Wa Ala Alii Muhammad...
ReplyDelete