Toleransi Dalam Islam
IPPM Baiturrohim~ Sobat muda tidak terasa waktu setahun berlalu begitu cepatnya, wallohi terasa cepat sekali tahu-tahu kita sudah di penghujung tahun 2014. Sobat apa yang ramai ketika masuk bulan Desember? Setidaknya ada dua perayaan besar yang diadakan manusia di bulan ini yaitu Natal dan tahun baru.
Sebagai seorang Muslim pedoman hidup kita sudah jelas yaitu Al Qur’an dan Al Hadist. Islam adalah agama yang sempurna, seluruh perkara sudah diatur oleh agama ini dari bangun tidur sampai tidur semua lengkap diajarkan dari mulai adab dan tata caranya. Termasuk bagaiamana menyikapi dua perayaan besar ini.
Baik Sobat Muda yang pertama akan saya bahas di artikel ini adalah bagaimana sebenarnya toleransi dalam Islam. Saya yakin sebagian teman-tema sudah tahu, tetapi tidak ada salahnya kita bahas lagi supaya benar-benar terpatri didalam akal dan hati kita. Untuk hal yang buruk saja orang rela berkali-kali mengulang masa untuk kebaikan kita merasa bosan. Ok next!
Islam adalah agama yang toleran terhadap agama lain, ini bukan omdo belaka, tetapi benar-benar di contohkan oleh Nabi ummat Islam Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Walasam. Beliau sangat toleran ini dibuktikan bahwa pembantu Nabi adalah orang yahudi. Selain itu Jangankan kepada yang masih hidup, kepada yang mati saja Nabi masih menghormati jenazahnya.
Suatu saat ada jenazah lewat kemudian Nabi segera berdiri untuk menghormatinya. Saat ada sahabat yang bilang itu orang Yahudi atau orang kafir, Nabi menjawab: “Bukankah dia manusia?” Masyallah betapa indahnya ajaran dien ini.
Akan tetapi Sobat Muda toleransi yang diajarkan Islam itu sebatas dalam perkara duniawai semisal perkerjaan, olahraga, kerja bhakti dan lainnya. Untuk masalah akidah sama sekali tidak “Harga mati” Islam tidak pernah mengenal toleransi dalam peribadatan.
Sobat masih ingat bahwa di masa permulaan dakwah Nabi Solallohu Alaihi Wasalam pernah mendapatkan tawaran dari kaum Quraisy untuk menyembah Tuhan secara bergantian, mereka menawarkan, “Bagaimana kalau engkau menyembah tuhan-tuhan kami sehari dan kami menyembah Tuhanmu sehari?”
Ajakan dari kafir dan dan penolakan dari Nabi Muhammad untuk beribadah secara bergantian dijawab dan diabadikan oleh Allah dalam QS. Al Kafirun: 1-6.
Selain itu ketegasan mengenai batasan toleransi ini juga terlihat dari aturan ucapan salam. Ucapan salam “Assalamualaikum” hanya intern untuk ummat Islam.
لَا تَبْدَءُوا الْيَهُود وَلَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ ، وَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدهمْ فِي طَرِيق فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقه
“Janganlah kalian awali megucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR. al- Muslim dari Abu Hurairah).
Bahkan aturan itupun masih berlaku ketika mereka mengucapkan salam kepada kita.
إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ
“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan wa’alaikum.(atas kalian)” (HR. Bukhari no. 6258 dan Muslim no. 2163).
Sobat muda kalau sekedar ucapan doa saja dilarang apalah lagi sampai kita hadir dalam peribadatan dan perayaan mereka. Maka dapat kita simpulkan bahwa :
1. Islam megajarkan toleransi dengan agama lain
2. Toleransi dalam Islam hanya sebatas untuk perkara duniawi.
3. Tidak ada toleransi dalam hal peribadatan adalah harga mati.
Wallohu’alam.
Post a Comment