Fenomena Punuk Onta
Sobat muda Rakhimahumulloh. Sewaktu saya masih kecil saya pernah membaca sebuah hadist yang namun bingung apa dan bagaimana maksud hadist ini. Berikut ini hadistnya.
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, 1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia, 2. dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]” (HR. Muslim).
Golongan yang pertama jelas saya bingung tapi jelas itu suatu perumpamaan yang ditafsirkan sebagai penguasa yang dzalim. Untuk golongan ke dua saya juga bingung apakah itu sebuah perumpamaan atau memang arti yang sebenarnya.
Sekarang saya benar-benar menyaksikan kebenaran hadist Nabi Solallohu Alaihi Wasalam. Mengenai golongan yang kedua dari hadist di atas yaitu “perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok” mungkin sobat muda juga sering melihat ada perempuan yang maaf, pakaiannya tertutup tetapi menggambarkan lekuk tubuhnya istilah jawanya seperti “lepet” ketat. Akan tetapi bagaimana dengan fenomena punuk unta?
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “punuk unta”? Imam an-Nawawi menjelaskan, yang dimaksud dengan punuk unta adalah wanita-wanita yang membesarkan kepalanya dengan kain hijab, atau selendang yang semisalnya yang dilipatkan di atas kepalanya hingga menyerupai punuk unta (Syarah An-Nawawi ‘Ala Muslim:IX/240). Sedangkan Imam al-Qurthubi menjelaskan, kepala-kepala wanita itu dianalogikan dengan punuk unta karena meninggikan gulungan dan lipatan rambut mereka di atas kepala untuk mempercantik diri dan dibuat-buat, dan terkadang mereka melakukan itu dengan menambah rambut mereka (dengan rambut buatan).(Fathhul Baari: 17/35, Versi Maktabah Syamillah).
Tren punuk unta sekarang mudah kita jumpai, tetapi ironisnya itu malah dilakukan oleh muslimah yang berjilbab. Mereka mengatasnamakan mode, mereka menamakan jilbab unta dengan camel hump, konde hijab dan lainya. Sebagai seorang muslimah tentu agama kita sudah memberi rambu-rambu dalam hal berpenampilan, termasuk dalam berhijab. Sudah ada standar minimal jilbab yang syar’i yang sesuai As-sunah.
Mungkin benar bahwa camel hump bisa membuat muslimah menjadi kelihatan lebih menarik. Akan tetapi, apalah artinya pujian dari manusia jika kelak di akhirat sobat muda termasuk golongan yang tidak akan masuk syurga, jangankan masuk mencium baunya saja tidak. Naudzubillah min dzalik. Maka solusi terbaik adalah hendaknya para muslimah dalam berjilbab berdasarkan aturan yang syar’i salah satunya dengan menjauhi fenomena punuk unta. Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk terus memperbaiki diri. Wallohu’alam bi sowab.(ippm-baiturrohim.blogspot.com)
Sumber : Majalah Elfata
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, 1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia, 2. dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]” (HR. Muslim).
Golongan yang pertama jelas saya bingung tapi jelas itu suatu perumpamaan yang ditafsirkan sebagai penguasa yang dzalim. Untuk golongan ke dua saya juga bingung apakah itu sebuah perumpamaan atau memang arti yang sebenarnya.
Sekarang saya benar-benar menyaksikan kebenaran hadist Nabi Solallohu Alaihi Wasalam. Mengenai golongan yang kedua dari hadist di atas yaitu “perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok” mungkin sobat muda juga sering melihat ada perempuan yang maaf, pakaiannya tertutup tetapi menggambarkan lekuk tubuhnya istilah jawanya seperti “lepet” ketat. Akan tetapi bagaimana dengan fenomena punuk unta?
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “punuk unta”? Imam an-Nawawi menjelaskan, yang dimaksud dengan punuk unta adalah wanita-wanita yang membesarkan kepalanya dengan kain hijab, atau selendang yang semisalnya yang dilipatkan di atas kepalanya hingga menyerupai punuk unta (Syarah An-Nawawi ‘Ala Muslim:IX/240). Sedangkan Imam al-Qurthubi menjelaskan, kepala-kepala wanita itu dianalogikan dengan punuk unta karena meninggikan gulungan dan lipatan rambut mereka di atas kepala untuk mempercantik diri dan dibuat-buat, dan terkadang mereka melakukan itu dengan menambah rambut mereka (dengan rambut buatan).(Fathhul Baari: 17/35, Versi Maktabah Syamillah).
Tren punuk unta sekarang mudah kita jumpai, tetapi ironisnya itu malah dilakukan oleh muslimah yang berjilbab. Mereka mengatasnamakan mode, mereka menamakan jilbab unta dengan camel hump, konde hijab dan lainya. Sebagai seorang muslimah tentu agama kita sudah memberi rambu-rambu dalam hal berpenampilan, termasuk dalam berhijab. Sudah ada standar minimal jilbab yang syar’i yang sesuai As-sunah.
Mungkin benar bahwa camel hump bisa membuat muslimah menjadi kelihatan lebih menarik. Akan tetapi, apalah artinya pujian dari manusia jika kelak di akhirat sobat muda termasuk golongan yang tidak akan masuk syurga, jangankan masuk mencium baunya saja tidak. Naudzubillah min dzalik. Maka solusi terbaik adalah hendaknya para muslimah dalam berjilbab berdasarkan aturan yang syar’i salah satunya dengan menjauhi fenomena punuk unta. Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk terus memperbaiki diri. Wallohu’alam bi sowab.(ippm-baiturrohim.blogspot.com)
Sumber : Majalah Elfata
Keren... benar2 unexpected... nyata... smga bs jd intropeksi masing2 kita.. amin
ReplyDeleteTrimakasih my Sist...semangat
ReplyDeletetetap semangat indonesia
ReplyDeletetheng atas artikel nya